Origami untuk Ayah
Jika Andrea Hirata menulis novel
tentang ayah maka aku membuat origami untuk ayah. Anggap saja origami ini aku
yang buat meski pada kenyataannya ia tercipta dari kreatif jemarimu, ayah. Semua
pasti tahu bahwa bayi dengan usia 3 bulan-sekian hari tak mungkin sanggup
melakukan seni melipat kertas seperti ini.
Beberapa hari lagi kita akan berpisah—meski
ini adalah keputusan ayah dan ibu—dengan jangka waktu yang tidak kalian
tentukan. Mungkin seminggu, sebulan, bisa jadi lebih dari itu. Meskipun demikian
aku tahu bahwa ayah akan selalu merindukan setiap detik bersamaku. Ayah akan
merindukan tawa dan tangisku, terlebih saat mengganti popok dikala ibu sedang
sibuk menyiapkan air mandiku. Tapi, yakinkan dirimu ayah bahwa keputusanmu hari
ini adalah proses pembelajaranmu yang tidak akan sia-sia. Saat dewasa kelak—jika
ada ijin dari Allah SWT—engkau berencana mengirimku ke pulau seberang, mengenyam
pendidikan yang lebih baik dari pendidikan yang tersedia di kota ini.
Ayah tidak ingin aku menjadi seperti Gul Makai, Si Bunga Jagung Malala, gadis
kecil yang menantang maut demi pendidikannya dan pendidikan ribuan anak
perempuan di negaranya sebab teror Taliban Pakistan seperti hantu di Lembah Swat.
Ayah hanya ingin agar aku mengadopsi perjuangan Malala yang tak mau kalah oleh rasa
takut, ia berani berdiri memperjuangkan haknya dan hak anak-anak perempuan
lainnya untuk mendapatkan pendidikan. Engkau ingin seperti Ziauddin Yousufzai,
ayah Malala, yang menyokong anaknya, bersuara lantang menentang Taliban
Pakistan yang merampas hak anak perempuan untuk pendidikan.
Ayah, penuhi cinta dalam keluarga ini
seperti aku membuat origami pembatas buku yang di dalamnya ada ‘love hitam’. Hitam bukan sekedar warna
tapi ia lambang kedalaman ilmu, love bukan pula sekedar hiasan tapi ia
adalah perwujudan cinta kasih dan sayang yang diharap oleh semua keluarga di dunia.
Ayah, berkasih sayanglah terhadap aku
dan ibu, engkau adalah nahkoda dalam bahtera rumah tangga.
Ayah, anak perempuanmu akan jadi
korban jika bahtera rumah tangga yang engkau nahkodai karam sebab tak mampu
melawan deras arus gelombang serta karang lautan yang setiap saat bisa menghantam.
Ayah, bimbing aku dengan kelembutan
kasihmu seperti engkau membuat origami dengan sangat hati-hati yang jika salah
lipat akan berubah jadi sampah.
Palopo, 03 April 2018
Bung Chaky Aswar
Comments
Post a Comment