“Mari ikut bersama kami, kami akan
tunjukkan jalan menuju kebenaran. Ketahuilah sahabatku, Allah SWT sungguh Maha
Pemurah dan Penyayang. Kami yang berlumur dosa kini dibersihkan hanya dengan
mengucap kata TAUBAT”
***
Di sebuah Masjid tua, terlihat dua wanita masih asyik
mengucap puji-pujian terhadap sang ilah, padahal
waktu sholat isya sudah lama usai. Dua minggu
terakhir ini, Ila dan Nike menghabiskan waktu di Masjid bahkan terkadang mereka
tidak tidur hingga adzan subuh dikumandangkan.
Peristiwa ini menjadi pemandangan yang sungguh mengherankan
bagi warga setempat mengingat dua orang wanita tersebut memiliki reputasi yang
sangat buruk. Mereka yang dulu berprofesi sebagi pemuas nafsu si
hidung belang kini mendadak religius. Dan, anehnya tak ada satu orangpun yang
mengetahui alasan mereka termasuk Ardhi, padahal dia adalah orang yang paling
dekat dengan mereka. Ardhi adalah seorang lelaki yang bertugas mencari pasien
yang ingin diobati nafsu setannya dan menjadikan Ila dan Nike sebagai dokternya.
Suatu ketika usai sholat dzuhur Ardhi memutuskan untuk
datang ke kontrakan Ila dan Nike tapi ternyata yang bersangkutan tidak ada di
tempat. Sulitnya menemui mereka memaksa Ardhi beralih profesi menjadi detektif,
mungkin lebih tepat kita sebut detektif dadakan. “Dulu hanya Nike
sekarang Ila ikut-ikutan menjadi penghuni Masjid. Apa yang menyebabkan mereka
seperti ini...??? Apakah mereka kedatangan malaikat...??? Ataukah mereka...???”
Sejuta pertanyaan kini muncul di benaknya.
Karena sangat sulit ditemui maka untuk kedua kalinya Ardhi
kembali memutuskan untuk mengunjungi rumah Nike dan Ila.
***
Di pagi buta Ardhipun segera meluncur. Tapi malang
melintang, sejak pagi hingga malam kedua wanita itu tidak pulang ke rumah.
Ardhi merasa kesal dan pusing tujuh keliling. Ardhi yang semula terlihat putus
asa mencoba mencari alternatif lain untuk bertemu dengan mereka. “Mungkin
mereka ada di Masjid. Tapi, apa mungkin sepanjang hari menghabiskan waktu di
masjid? Akhh,.. Tak ada salahnya saya kesana.” Gumam Ardhi dalam hati.
Beberapa meter dari Masjid, Ardhi berdiri memulai
penelusuran dengan mata bagai elang mencari mangsa. Seisi Masjid telah
ditelusuri tapi sayang yang dicari tidak terlihat batang hidungnya. “Kurang
ajar, dimana mereka,” gerutu Ardhi.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba dia mendengar suara. Suara
merdu dari arah Masjid, melantunkan shalawat untuk Nabi. Seketika itu perasaan
Ardhi berubah menjadi tenang. Belum pernah dia merasakan ketenangan seperti
itu, kedamaian menyelimuti jiwanya. Perasaan yang begitu dalam, sehingga
membuatnya tidak sadar dengan keadaan di sekitarnya. Dia seolah-olah ada
disebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga indah bermekaran. Matanya terpejam
tapi dapat melihat sejuta keindahan dalam batinnya. Entah ini mimpi, halusinasi
atau khayalan yang jelas dalam kondisi seperti itu dia melihat dua sosok wanita
memanggilnya di kejauhan. Dia lalu menghampiri wanita tersebut, ternyata dua
wanita itu adalah Ila dan Nike. “Mari ikut bersama kami, kami akan
tunjukkan jalan menuju kebenaran. Ketahuilah sahabatku Allah SWT sungguh Maha
Pemurah dan Penyayang. Kami yang berlumur dosa kini dibersihkan hanya dengan
mengucap kata TAUBAT. Tinggalkan kehidupanmu sekarang, rubah arah
jalanmu maka kamu akan senantiasa dalam limpahan nikmat yang tak ada
bandingnya. Sadarlah,... sadarlah,... sadarlah”.
Tiba-tiba Ardhi tersadar. “Dimana aku...???” ucapnya. ”Kamu
ada dirumahku, tadi aku melihatmu tidak sadarkan diri di dekat Masjid. Jadi,
saya membawamu kesini,” jawab seorang kakek tua. “Kenapa kamu bisa pingsan di
sana?” lanjut sang kakek.
Ardhi lalu menceritakan kronologi peristiwa yang
menimbulkankan ribuan pertanyaan yang tak mampu dia jawab. Sang kakek lalu
berkata, “itu disebabkan sebuah mukena”.
“Mukena? Mukena apa Kek???” jawab Ardhi dengan wajah penasaran.
Kemudian sang kakek menceritakan sebuah kisah penuh rasa haru.
Kurang lebih 20 tahun yang lalu, di desa ini ada seorang
pemuda miskin, walau miskin tapi hatinya sungguh mulia. Pemuda tersebut ingin
sekali melihat gadis pujaan hatinya mau berubah menjadi wanita soleha. Untuk
itu si pemuda ingin membeli selembar mukena dan menghadiakannya ke sang gadis
dengan harapan—keinginnya dapat terwujud—menjadikan si gadis wanita soleha.
Sebulan lagi si gadis berulang tahun, dia melihat itu
sebagai suatu momen yang sangat tepat untuk memberikannya mukena sebagai kado
ulang tahun. Sebulan sebelum hari yang ditunggu-tunggu tiba, sang pemuda rela
berkorban banting tulang mencari uang hanya untuk selembar mukena. Tapi sayang,
penghasilan sebagai kuli bangunan selama sebulan tak cukup untuk memenuhi
harapannya.
Tiba saat dimana hari ulang tahun si gadis, pemuda itu
datang ke rumah pujaan hatinya. Tapi sungguh malang, dihari yang bertepatan
dengan hari ulang tahunnya, gadis itu meninggal. Karena kesedihan yang teramat
dalam tak mampu terima kenyataan, pemuda itu akhirnya ikut meninggal. Tapi,
sebelum meninggal dia sempat membuat mukena, mukena yang dibuatnya itu lebih
kain yang dipakai untuk membungkus jasad sang kekasih.
“Maksud kakek, kain kafan?”, tanya Ardhi dengan rasa
penasaran.
“Ya, mukena itu terbuat dari kain kafan!” tegas sang kakek.
Beberapa saat kemudian suasana hening.
“Tapi Kek, apa hubungannya dengan kedua temanku?” pertanyaan
Ardhi memecah keheningan. Sang kakek melanjutkan ceritanya, “Yang kalian alami
itu sangat berkaitan dengan kisah yang kuceritakan tadi.”
“Maksudnya?”, Selidik Ardhi.
“Siapa namamu,” tanya sang kakek.
“Namaku Ardhi.”
“Nama kedua temanmu?”
“Ila dan Nike,”.
“Nah, sekarang sudah jelas. Sebelum meninggalpemuda itu
pernah berkata bahwa mukena itu akan membawa kebaikan dan penerang jalan bagi
kekasihnya yang bernama Nike Ardila. Perlu kau ketahui bahwa temanmu
itu secara tidak sengaja menemukan dan secara iseng memakai mukena yang dibuat
oleh si pemuda yang kuceritakan tadi. Oleh karena itu, temanmu berubah sikap
dan tingkah lakunya. Seperti itulah pengaruh mukena itu. Sungguh aneh memang
tapi ini nyata.
“Terus apa hubungannya dengan kami Kek? Itu kan tidak
kaitannya dengan kami bertiga. Kami bukan Nike Ardila.” Kata Ardhi bingung.
“Salah, Nak. Kamu salah jika mengatakan itu tidak berkaitan.
Nama dan nama temanmu jika disandingkan dan disatukan akan menjadi Nike Ardila.
Ya kan?!” Jawab sang kakek sambil tersenyum.
Comments
Post a Comment